Mata Kuliah Teknologi Komunikasi: Perkembangan Media dan Komunitas Serta Pengaruh Terhadap Masyarakat
Perkembangan
Media dan Komunitas Serta Pengaruh Terhadap Masyarakat
Oleh: Alexander Agus Santosa, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed
Perkembangan
teknologi semakin pesat, dari jenis yang paling umum komunikasi verbal,
komunikasi nonverbal, komunikasi massa, hingga media. Sejak ditemukannya mesin
cetak buatan Guttenberg lima ratus yang lalu, perkembangan akan tulis-menulis
juga tidak kalah berkemabangnya.
Gelombang
Pertama
Diawali
dari penerbitan surat kabar pertama di Kerajaan Inggris 500 tahun lalu. Perlahan
penerbitan surat kabar mulai berjamuran di berbagai belahan dunia. Pada masa ini
Park (1922) menyebutnya sebagai tahapan perkembangan media dan komunitas yaitu
Gelombang Pertama: Studi Komunitas dan Media. Kajian pertama oleh Park (1922)
tentang media dan komunitas dapat dilihat dari pembaca surat kabar, masyarakat
pedesaan yang lebih condong membaca berita lokal dari daerahnya sedangkan
masyarakat kota lebih condong membaca berita luar daerah. Setelah itu Merton
(1949) mebedakan masayarakat menjadi dua kelompok, localites dan cosmopolitans.
Localites adalah masyarakat yang lebih suka terlibat dalam aktivitas sosial
disekitarnya, serta mencari berita yang sifatnya lokal pula. Cosmopolitan lebih
memiliki pandangan yang luas dan aktivitas sosial yang beragam, serta mencari
berita dari luar daerah. Karenanya ia
beranggapan bahwa penggunaan media dan penggunaan refleksi suatu komunitas
dapat mencerminkan kepribadian individu.
Pada
kajian tersebut terdapat fenomen yang memberikan paparan tentang pengaruh media
yang membentuk identitas pembacanya. Media mengubah individu bergabung dalam
komunitas lalu membentuk identitas pembaca dilihat dari keterlibatannya. Masyarakat
desa yang umumnya mengkonsumsi media berisi berita-berita yang bersifat lokal
dari daerahnya seperti perkembangan pembangunan daerah, isu-isu daerah,
peristiwa terkini. Umumnya masyarakat di daerah enggan untuk membaca berita
dari luar daerahnya, oleh Merton (1949) hal itu bisa di kaji untuk melihat
identitas masyarakat berdasarkan apa yang ia baca. Antara Komunitas, Identitas,
dan Media saling berhubungan, dimana poros pusat pada gelombang pertama ini ada
pada media yang memiliki peran besar untuk membentuk identitas pembacanya lalu
mengajak mereka masuk dalam suatu komunitas sejak pertama kali membaca. Sehingga
besar kemungkinan tujuan masyarakat membaca media bukan hanya sekedar mencari
berita tapi mencari identitas atau bahkan dibentuk identitasnya oleh apa yang
mereka baca tanpa mereka sadari.
Gelombang
Kedua
Munculnya
listrik dan alat-alat elektronik di abad Ke-18 memicu lahirnya alat komunikasi
berbasiskan teknologi elektronik. Pesan media konvensional yang dicetak pada
lembaran kertas berisikan informasi-informasi tertunda. Kebutuhan masyarakat
akan informasi terkini terwujud dengan diciptakannya radio dan televisi yang merupakan
kelanjutan dari teknologi mesin cetak dan teknologi pers. Diperkenalkan satu
dekade sebelumnya selama 1960an ketika kelompok-kelompok kontra-budaya dan
politik yang mapan memiliki surat kabar,
yang dikenal sebagai underground atau pers altenatif. (Denis dan Rivers , 1974).
Namun
sayangnya media massa elektronik seperti televis dan radio ini banyak digunakan
untuk tujuan politik, profit, dan kepentingan pribadi. Lantas masyarakat
membentuk suatu komunitas yang bisa menampung aspirasi dan pendapat mereka
terutama bagi mereka yang tinggal dalam
kelompok-kelompok kecil. Dalam penilaian tujuan tersebut, Prehn (1992)
menunjukkan bahwa penggagas media komunitas sering lebih menampung kebutuhan
orang untuk mengekspresikan diri melalui media.
Dalam
penilaian secara keseluruhan dari percobaan nasional dengan media komunitas
elektronik di Belanda, para peneliti menyarankan bahwa kontribusi media
masyarakat untuk proses pembangunan masyarakat bekerja baik dalam situasi di
mana masyarakat sudah mapan. Di daerah perumahan kecil pada kota besar,
tampaknya seolah-olah media komunitas dapat berbuat banyak untuk membuat
hal-hal yang lebih baik. Pada saat itu media komunitas yang mereka bentuk
sebatas bagi kelompok-kelompok yang telah tergabung secara spesifik saja
sedangkan kelompok-kelompok luar yang tidak setujuan hanya bisa mendengarkan
atau membentuk kelompok media komunitas sendiri.
Gelombang
Ketiga
Perkembangan
dari media komunitas gelombang pertama yang bercirikan media lama – termasuk
radio dan televisi. Komunitas tersebut umumnya dibaca oleh masyarakat organik
yang bercirikan homogeny dan terikat waktu dan tempat Van Dijk (1998:45). Munculnya computer dan internet pada abad ke-20
memungkin suatu komunikasi jarak jauh yang melampaui batas ruang dan waktu
dengan cepat. New Media (Media Baru) tercipta saat masyarakat mengakses
informasi dari internet. Komuntias yang terbentuk bukan lagi masyarakat yang
terikat waktu dan ruang layaknya masyarakat organic Van Dijk (1998:45). Terbentuk
suatu Virtual Community (Komunitas
Virtual) yang tergabung dalam Cyber
Society.
Komunitas
Virtual adalah masyarakat yang tidak harus bertemu tatap muka atau bertemu
secara fisik untuk melakukan komunikasi, Jan Fernback menyatakan Community as Virtual artinya komunitas
ini secara maya dalam ruang cyber
dengan meninggalkan identitas fisik penggunanya. Cyber community memiliki sistem nilai bersama, norma-norma,
aturan-aturan dan identitas bersama yang ditunjukkan dari komitmen atau
kepentingan diantara komunitas lainnya.
Meskipun
memiliki perbedaan dengan komunitas organik, Komunitas virtual juga memiliki
ide-ide yang sama dengan komunitas organik. Menurut Calhoun (dalam Strate, 1996
: 210) cyber community adalah
komunitas sebagai kompleks ide dan sentimen. Partisipan dalam komunitas virtual
akan merasakan pengalaman dan makna yang sama dalam cybe rcommunity.
Pada
komunitas organik kita bisa tahu siapa yang berperan sebagai komunikator dan
siapa yang berperan sebagai komunikator. Kita bisa berkomunikasi dan
berinterkasi layaknya komunikasi nyata meskipun tanpa menunjukan fisik dan
mengenal lawan bicara kita. Dalam komunikasi virtual, selalu ada dua
kemungkinan yaitu kita bisa mengenalnya atau kita tidak mengenalnya. Sebab
komunitas virtual bisa terbentuk dari yang sudah saling kenal di dunia nyata
menjadi komunitas virtual atau tidak saling kenal menjadi komunitas virtual.
Menurut
Rheingold dalam bukunya The Virtual
Community, komunitas virtual tidaklah imajiner, namun sesuatu yang nyata.
Rheingold mengatakan bahwa cyber
community adalah agregasi sosial yang muncul dari internet ketika banyak
orang melakukan diskusi yang cukup panjang disertai dengan human feeling untuk
membangun jaringan hubungan personal dalam cyberspace.
Jadi komunitas virtual adalah sesuatu yang nyata yang diberi makna oleh para
partisipan. Komunitas virtual adalah komunitas yang unik, karena terhubungan
oleh mesin, dalam hal ini adalah komputer.
Tujuan
dan alasan kita bergabung pada suatu komunitas virtual adalah berdasarkan
kepentingan yang sama dan Trust (Kepercayaan).
MEDIA
BARU
Munculnya
Internet, memunculkan suatu bentuk baru dari media konvensional yaitu New Media (Media Baru). Menurut McQuail,
bahwa karakteristik media baru secara umum melibatkan desentralisasi pada
channel untuk penyebaran pesan; peningkatan ketersediaan kapasitas untuk
pemindahan pesan melalui satelit, kabel dan jaringan komputer; peningkatan
dalam opsi yang ada untuk anggota audiens, untuk menjadi terlihat dalam proses
komunikasi, sering memerlukan sebuah bentuk interaktif komunikasi; dan
peningkatan dari fleksibelitas untuk penentuan pesan. Selain itu Negroponte
juga menjelaskan karakteristik media baru yaitu, mempertimbangkan aspek
terakhir yang merupakan tampilan paling fundamental atau mendasar, dan
digitalisasi hal yang penting untuknya sehingga kandungan pada suatu media
dapat saling bertukar dengan yang lainnya. jadi jika kita rangkum karakteristik
media baru adalah digitalisasi atau penggunaan komputer atau satelit untuk
pertukaran pesan dan terjadi komuniasi interaktif.
Media
baru ini memiliki hal-hal positif seperti masyarakat akan menjadi lebih aktif
karena perkembangan media, komunitas tradisional dapat dikembalikan melalui
komunikasi melalui internet, dengan mudah kita mendapatkan informasi, hilangnya
batasan ruang dan waktu, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang idak kita
dapatkan dalam media konvensional.
Selain
ada hal-hal positif dari suatu hal, pasti ada hal-hal negatif yang menyertai.
Begitu juga media baru yang memiliki dampak negatif berupa, media baru
digunakan sebagai alat propaganda politik, merubah pikiran anak muda dan
menghancurkan warisan budaya, serta peneitian atau karya-karya ilmiah menjadi
diragukan validitasnya, persebaran informasi di media baru menimbulkan polusi
informasi, merebaknya kejahatan teknologi atau ‘cybercrime’, dan timbulnya
sikap komsumtif.
Menurut
Fieldman, Media Baru memiliki lima karakteristik, yaitu:
- Media baru mudah dimanipulasi. Hal ini sering kali mendapat tanggapan negatif dan menjadi perdebatan, karena media baru memungkinkan setiap orang untuk memanipulasi dan merubah berbagai data dan informasi dengan bebas.
- Media baru bersifat networkable. Artinya, konten-konten yang terdapat dalam media baru dapat dengan mudah dishare dan dipertukarkan antar pengguna lewat jaringan internet yang tersedia. Karakteristik ini dapat kita sebut sebagai kelebihan, karena media baru membuat setiap orang dapat terkoneksi dengan cepat dan memberi solusi terhadap kendala jarak dan waktu antar pengguna.
- Media baru bersifat compressible. Konten-konten yang ada dalam media baru dapat diperkecil ukurannya sehingga kapasitasnya dapat dikurangi. Hal ini memberi kemudahan untuk menyimpan konten-konten tersebut dan men-sharenya kepada orang lain.
- Media baru sifatnya padat. Dimana kita hanya membutuhkan space yang kecil untuk menyimpan berbagai konten yang ada dalam media baru. Sebagai contoh, kita hanya memerlukan satu PC yang terkoneksi dengan jaringan internet untuk dapat menyimpan berbagai informasi dari berbagai penjuru dunia dalam PC tersebut.
- Media baru bersifat imparsial. Konten-konten yang ada dalam media baru tidak berpihak pada siapapun dan tidak dikuasai oleh segelintir orang saja. Karena itulah media baru seringkali disebut sebagai media yang sangat demokratis, karena kapitalisasi media tidak berlaku lagi. Setiap orang dapat menjadi produsen dan konsumen secara bersamaan dan setiap pengguna dapat berlaku aktif disana.
Daftar Pustaka
Lievrouw,
Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook
of New Communication
Technology Media: Social Shaping
and Social Consquences of ITCs, Sage
Publication
Ltd. London.
Perkuliahan
Mata Kuliah Teknologi Komunikasi pada 20 Maret 2014 oleh Bpk.Tri Nugroho Adi
Posting Komentar untuk "Mata Kuliah Teknologi Komunikasi: Perkembangan Media dan Komunitas Serta Pengaruh Terhadap Masyarakat"