Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

DomaiNesia

Surat Untuk Sang Jendral

Dengan Hormat,


Mohon maaf, Jenderal. Mungkin saya terlalu lancang untuk mengirimkan surat kepada Jenderal. Maksud saya menuliskan ini tanpa maksud apa- apa. Tidak ingin juga menggangu waktu istirahat Jenderal. Saya memberanikan diri untuk menuliskan surat kepada jenderal, karena saya resah dengan monumen hidup Jenderal, kampus Universitas Jenderal Soedirman.

Jenderal, saya sudah semester akhir. Saya bangga kuliah di kampus yang ada nama “jenderal”nya. Saya jauh – jauh dari kota besar, Karena kampus di kota besar cuma milik orang yang berduit, saya datang ke kota kecil ini ingin merasakan kuliah yang lebih murah dan mendapatkan pendidikan yang sama layaknya. Tapi mengapa kampus Jenderal biayanya sama saja dengan kuliah di kota besar ?Apakah Jenderal malu menerima calon mahasiswa yang miskin ?

Jenderal, apakah jenderal tahu biaya kuliah di kampus ini, bahkan lebih mahal dari upah minimum regional masyarakat sekitar. Jenderal, saya sebenarnya sudah lelah, berteriak di depan patung Jenderal yang gagah menunggang kuda, suara saya lewat mikrofon tidak pernah didengarkan oleh orang di kantor rektorat.

Saya bingung harus bicara dengan siapa tentang ini. Saya ingin mempertanyakan materi kuliah “Jati Diri UNSOED” yaitu semangat Jenderal untuk berjuang untuk rakyat yang lemah. Apakah ini benar ?
Jenderal, tolong bantu saya yang sedang galau ini, bagaimana bedakan antara pendidikan dan pratik jual beli di pasar tradisional. Bukankah pendidikan adalah hak setiap warga negara, mengapa mereka yang ingin kuliah diminta untuk bayar sesuai harga yang telah ditetapkan ?


Jenderal, saya tidak habis pikir. Bagaimana orang – orang yang di kantor itu bilang kampus Jenderal defisit karena biaya operasional terlalu tinggi, tapi pembangunan gedung – gedung megah kian gencar. Saya khawatir Jenderal, kalau kampus jenderal tidak lagi menjadi kampus rakyat. Tapi menjadi milik rektorat.
Jenderal, saya mohon maaf jika terlalu lancang. Saya yakin kalau Kampus ini dibangun sebagai monumen hidup tentang perjuangan terhadap rakyat kecil. Tapi kini Kenyataannya, kampus jenderal membuat cucu – cucu jenderal yang miskin takut untuk kuliah.

Jenderal terlihat gagah menunggang kuda di atas sana. Jenderal, bisakah turun sebentar untuk menenangkan hati kami. Jujur Jenderal, Kami sudah tidak percaya lagi dengan alasan orang – orang yang ada di rektorat itu. Kami sudah lelah dibohongi dengan mobil dinas yang mewah itu.
Jenderal, terimakasih jika jenderal telah membaca surat saya yang singkat ini. Saya tidak berharap surat ini dibalas. Karena walaupun tidak dibalas, saya dan teman – teman akan tetap memperjuangan teladan jenderal untuk membela rakyat yang lemah.

Salam hormat,

Posting Komentar untuk "Surat Untuk Sang Jendral"